Pada suatu hari yang cerah di Vrindavan, ibu Yashoda, ibu dari anak yang sangat dicintainya, Krishna, merasa penasaran dan sedikit khawatir. Dalam hatinya yang penuh kasih sayang, ia berpikir untuk memastikan apakah Krishna, putranya yang masih kecil, benar-benar memakan lumpur seperti yang sering dituduhkan oleh para tetangga. Tidak bisa menahan rasa penasaran, ibu Yashoda mendekat kepada Krishna yang sedang duduk santai di tanah dengan senyum manis yang selalu menggoda. Dengan lembut, ia membuka mulut Krishna untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya sungguh luar biasa dan melampaui batas-batas pemikiran manusia biasa. Ketika mulut Krishna terbuka, ibu Yashoda terperangah. Yang ia lihat bukanlah hanya sisa-sisa makanan atau lumpur, melainkan seluruh alam semesta itu sendiri. Di dalam mulut Krishna, terhamparlah gambaran yang tak terhingga: gunung-gunung yang menjulang tinggi, lautan yang luas, planet-planet yang berputar dalam harmoni, entitas-entitas bergerak dan tidak bergerak, serta waktu yang mengalir dalam keseimbangannya. Ibu Yashoda menyaksikan kehidupan dan semua bentuk eksistensi yang ada, bahkan karma yang mengikat setiap jiwa. Ini adalah pemandangan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hati ibu Yashoda bergetar, dan air matanya menetes, menyadari bahwa Krishna, anak kecil yang selama ini ia sayangi, adalah manifestasi dari Tuhan yang Maha Esa, tak terikat oleh ruang atau waktu. Keabadian-Nya begitu sempurna dan melampaui segala pemahaman manusia.
Seiring berjalannya waktu, Sri Krishna, kini telah menjadi Raja yang memerintah di Dwaraka, kerajaan yang megah dan penuh kemakmuran. Ketika seorang resi besar, Narada, melakukan perjalanan ke Dwaraka, ia datang untuk mengunjungi Krishna. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang kehidupan Krishna yang penuh misteri dan keajaiban. Sesampainya di Dwaraka, Narada melihat Krishna yang tampak mempesona, tak hanya sebagai seorang raja, tetapi juga sebagai suami dari 16.000 putri. Setiap putri memiliki istananya sendiri, namun anehnya, Krishna tampak hadir di setiap istana pada waktu yang sama. Krishna berkeliling, memberikan perhatian dan kasih sayang kepada setiap istrinya, tanpa ada yang merasa diabaikan. Keajaiban ini menunjukkan kekuatan dan kemewahan Tuhan yang tak terbatas, mampu hadir dalam banyak wujud sekaligus, memelihara dan menjaga keharmonisan dalam dunia-Nya yang luas.
Namun, kebesaran Krishna tak berhenti di situ. Suatu ketika, Brahma, sang pencipta dunia, ingin menguji kesaktian Krishna. Brahma, yang merasa terpesona oleh kebesaran Tuhan, mencuri sekumpulan anak sapi dan gembala sapi yang sedang merawat ternak Krishna. Ia berpikir bahwa jika Krishna benar-benar Tuhan, maka Ia akan mampu mengembalikan anak sapi dan gembala yang hilang itu. Dalam sekejap, Krishna mengungkapkan keampuhan-Nya yang tiada banding. Dengan keteguhan dan kemahakuasaan-Nya, Krishna mengembalikan anak sapi dan para gembala itu ke tempat semula, tanpa ada yang menyadarinya. Kemudian, Krishna menunjukkan wujud-Nya yang lebih besar lagi sebagai Narayana, dengan empat lengan dan simbol-simbol yang menggambarkan penguasa alam semesta. Brahma, yang menyaksikan ini, terdiam dalam kekaguman yang mendalam. Ia menyadari betapa agungnya Krishna, tak terbatas oleh ruang dan waktu, bahkan tidak terikat oleh hukum alam yang Ia ciptakan.
Peristiwa-peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kehidupan manusia adalah kesempatan yang sangat berharga untuk memahami dan mendalami keberadaan Tuhan yang tidak terjangkau oleh pikiran kita. Hanya dalam bentuk manusia kita diberikan kesempatan untuk menyelami konsep Tuhan yang tak terbatas. Seperti yang diajarkan oleh para orang suci, tubuh manusia adalah jalan menuju pencerahan spiritual, tempat kita bisa lebih dekat dengan kebesaran Tuhan. Seiring waktu, kita belajar untuk melihat dunia dengan mata yang lebih dalam, menyadari bahwa Tuhan tidak hanya ada di luar sana, tetapi ada dalam setiap momen, setiap perasaan, dan dalam setiap hembusan napas kita. Melalui pengetahuan ini, kita mengingatkan diri kita untuk hidup dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang, memahami bahwa setiap jiwa yang ada adalah bagian dari keabadian yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar