Di sebuah pulau yang terombang-ambing di tengah lautan luas, berdiri dua gunung megah yang dikenal hingga kini dengan nama Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Keindahan alamnya bukan hanya menjadi daya tarik bagi para pendaki dan wisatawan, tetapi juga menyimpan legenda yang kaya akan mitologi dan sejarah yang mendalam. Legenda ini, yang berakar pada keyakinan Hindu Bali, telah diwariskan dari generasi ke generasi dan masih hidup dalam ingatan masyarakat hingga saat ini.
Pada zaman dahulu, di alam semesta yang penuh dengan kekuatan tak terduga, ada sebuah pulau yang terombang-ambing di tengah samudra. Pulau ini adalah Jawa, yang pada waktu itu dianggap sebagai pulau yang tidak stabil, sering kali diguncang oleh gempa dan ancaman alam lainnya. Melihat kondisi ini, para dewa dari kahyangan, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, merasa terpanggil untuk membantu pulau yang penting ini agar tidak hancur.
Dewa Brahma, sang pencipta alam semesta, dengan bijaksana memutuskan untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Ia memerintahkan Dewa Wisnu, sang pemelihara dunia, untuk turun ke bumi dan membawa puncak Gunung Meru, yang merupakan gunung suci dan pusat alam semesta menurut ajaran Hindu, ke pulau Jawa. Puncak gunung tersebut, yang dianggap sebagai simbol keseimbangan dunia, akan ditanamkan ke tanah Jawa untuk memberikan kekuatan dan stabilitas.
Dewa Wisnu turun dengan kekuatan ilahi, membawa puncak Gunung Meru dan menanamkannya di tengah-tengah pulau Jawa. Potongan puncak gunung itu menjadi dasar bagi terbentuknya berbagai gunung yang ada di Jawa, termasuk Gunung Semeru, yang diyakini sebagai representasi dari puncak Gunung Meru. Gunung Semeru yang menjulang tinggi, dengan puncaknya yang tak pernah padam, dianggap sebagai tempat yang sangat suci oleh masyarakat Hindu. Puncak Semeru dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa, dan keberadaannya diyakini memberikan keberkahan dan keseimbangan bagi seluruh pulau Jawa.
Namun, kisah Gunung Semeru tidaklah lengkap tanpa menyebutkan Gunung Bromo, yang terletak tidak jauh darinya. Gunung Bromo, dengan kawahnya yang selalu mengeluarkan asap, dianggap sebagai bagian dari kehormatan dan kekuatan dewa-dewa yang memelihara pulau Jawa. Kedua gunung ini, Semeru dan Bromo, saling terkait erat dalam cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat, terutama Suku Tengger yang mendiami daerah sekitar kedua gunung tersebut.
Seiring berjalannya waktu, keberadaan kedua gunung ini tidak hanya dikaitkan dengan mitologi, tetapi juga dengan bukti sejarah yang tercatat dalam prasasti-prasasti kuno. Dalam prasasti tersebut, tercatat bahwa Suku Tengger, yang dikenal sebagai pewaris tradisi Hindu yang kuat, telah menyelenggarakan berbagai upacara dan ritual keagamaan, termasuk upacara Yadnya Kasada, jauh sebelum kerajaan Majapahit berdiri. Yadnya Kasada adalah sebuah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Tengger untuk menghormati para dewa, terutama Dewa Brahma, dengan cara memberikan sesaji berupa hasil bumi yang dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai persembahan.
Upacara Yadnya Kasada yang berlangsung setiap tahun ini telah menjadi salah satu tradisi yang paling dihormati dan dikenal luas. Masyarakat Tengger, yang merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan ajaran Hindu Bali, percaya bahwa dengan memberikan persembahan kepada para dewa, mereka akan mendapatkan berkat dan perlindungan dari bencana alam. Ritual ini juga menjadi wujud penghormatan kepada Gunung Bromo, yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya kekuatan dewa yang menjaga kestabilan alam.
Keberagaman mitos dan sejarah yang membungkus kedua gunung ini telah menciptakan aura eksotisme dan keagungan yang tak tergantikan. Gunung Semeru, dengan puncaknya yang selalu terlihat megah, tidak hanya menjadi lambang kesucian tetapi juga simbol kekuatan alam yang menguasai pulau Jawa. Gunung Bromo, meski lebih kecil, tetap memiliki pesona yang kuat, terutama dengan kabut yang menyelimuti kawahnya setiap pagi. Pemandangan indah ini memikat para wisatawan, namun bagi masyarakat Tengger, Bromo adalah tempat yang penuh dengan makna spiritual dan keagungan dewa.
Tak hanya itu, Gunung Semeru dan Bromo juga menjadi tempat pertemuan antara mitos dan sejarah. Dalam prasasti kuno yang ditemukan di berbagai tempat di Jawa, terdapat bukti bahwa Suku Tengger sudah lama mendiami daerah sekitar gunung-gunung ini dan menyelenggarakan upacara keagamaan yang kaya akan nilai-nilai spiritual. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan gunung-gunung tersebut tidak hanya dihormati dalam mitologi, tetapi juga berperan penting dalam sejarah kebudayaan Jawa, khususnya dalam kehidupan masyarakat Hindu.
Hingga saat ini, Gunung Semeru dan Gunung Bromo tetap menjadi dua gunung yang dihormati, baik oleh masyarakat Hindu Bali, Suku Tengger, maupun oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Kisah asal-usul mereka yang terkait dengan Dewa Brahma dan Dewa Wisnu tidak hanya menjadi legenda, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kebudayaan Jawa. Keberadaan mereka bukan hanya memberikan keseimbangan bagi pulau Jawa, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menghormati alam, leluhur, dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Gunung Semeru dan Gunung Bromo, dengan segala mitos dan sejarahnya, akan terus berdiri tegak, menjulang tinggi di tengah alam, menjaga keseimbangan dunia, dan menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kebudayaan yang kaya akan makna spiritual dan budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar