Minggu, 25 Juni 2023

Kemuliaan Nama Rama. Bag.2

Ketika Sri Rama berperang dengan  Rāvaṇa, Indrajit menyerang dengan   Nagapasa, menjerat Sri Rama dan Lakshmana sehingga jatuh pingsan, Garuda terpanggil untuk menyelamatkan kedua Bersaudara itu. Setelah menyelamatkan Mereka, dalam perjalanan kembali ke Vaikuntha, Garuda memiliki beberapa pertanyaan, "apakah Beliau benar-benar Sri Visnu, lalu kenapa tidak bisa menyelamatkan diriNya Sendiri dan harus perlu bantuanku?"

Saya pikir Sri Rama adalah Penyelamat selama ini, saya pikir Dia akan membantu, tetapi hari ini jika saya tidak menyelamatkanNya, Dia akan mati, bagaimana saya bisa bergantung padaNya? Sepertinya saya lebih kuat dari Dia, karena tanpa saya, dia dan saudaranya akan mati dalam perang”.

 Keraguan itu terus menghantui Garuda, keraguan menguasai pikiran, kesadarannya mulai turun.

Dalam perjalanan, dia bertemu Narada Muni. Garuda mengajukan pertanyaan itu kepadanya. “Sepertinya dia menderita ego”, pikir Narada dan menjawab dengan sederhana kepada Garuda, “saya tidak tahu tentang semua itu, waktu saya habis untuk Hari-japa, tidak pernah terlalu memperhatikan semua itu”, dan Narada pergi.

Garuda kini semakin yakin ada yang tidak beres, egonya semakin tumbuh. Pergi ke Dewa Brahma dan menanyakan pertanyaan yang sama, Brahma mengatakan, “maafkan, seluruh waktu saya habis untuk mempelajari Veda”. Garuda memutuskan untuk mengunjungi Kailasa, bertanya kepada Dewa Shiva.

Ditengah jalan dia bertemu Dewa Shiva dan mengajukan pertanyaan yang sama, Beliau menjawab pada Garuda dengan sangat tenang, “saya tidak tahu apa-apa, nanti diKailasa saya akan menjelaskan semuanya. Tapi Garuda tidak mau mendengarkan dan mendesak untuk dijawab saat itu juga. “Jika kamu bersikeras, pergi dan kunjungi burung gagak yang tinggal disana, dia bisa menjawab pertanyaanmu”, sambil menunjuk ke arah puncak bukit. 

Shiva tiba di Kailasa dan Ibu Parvati bertanya mengapa Dia tidak mengoreksi Garuda, Beliau menjawab sambil tersenyum, “dia penuh ego dan itu perlu diluruskan, jadi saya mengirimnya ke burung gagak itu, dia tidak hanya akan mendapatkan jawabannya tetapi egonya juga akan diturunkan”.

Garuda yang kini menjadi terlalu egois, tidak yakin apakah ia harus bertemu dengan burung gagak yang dia rasa makhluk rendahan, tapi akhirnya memutuskan untuk melakukannya. Saat melihat Garuda, burung gagak memberinya sambutan yang sangat hangat, memperlakukan dengan penuh hormat. Garuda bertanya kepada burung gagak apakah Sri Rama benar-benar Sri Visnu seperti yang diberitakan oleh semua orang. 

Burung gagak itu,  yang bernama Kakabusundi,  dengan sangat hormat menjawab, “seperti anda, saya memiliki kecurigaan yang sama tentang Dia, Sri Rama. Jadi suatu hari saya memutuskan untuk pergi dan melihatNya d iistana Ayodhya, melihat seorang anak bayi merangkak, tampak seperti bayi lainnya, ketika menangis, ibunya datang mengendongNya, tidak ada yang istimewa, akhirnya saya menyimpulkan bahwa semua berita itu salah dan terbang pulang. 

Saat terbang, saya merasakan seseorang mengikuti, menengok ke belakang, melihat bayi yang sama itu, Sri Rama,  dibelakang saya, kemana pun saya pergi, bayi itu selalu ada di belakang saya, akhirnya saya berbalik dan bertanya kepada bayi itu mengapa Dia mengikuti saya. 

Dia menjawab dengan sangat tenang, bahwa sayalah yang mengikutiNya dan bukan sebaliknya, selanjutnya ketika saya melihat sekeliling, saya menemukan bayi yang sama dimana-mana, kemudian saya menyadari betapa bodohnya telah mencurigai Tuhan, Dia ada dimana-mana.

Kakabusundi kemudian berkata kepada Garuda, “Tuhan telah mengangkat anda begitu tinggi, dengan memberi anda kesempatan untuk melayaniNya dengan cara seperti itu,  tidak bisakah anda melihat ini? CintaNya kepada anda begitu besar sehingga Dia merendahkan DiriNya Sendiri dan meninggikan anda, sehingga dunia memuliakan  anda karena anda telah berperan melayani untuk menyelamatkanNya. Sesungguhnya  siapa yang bisa menyelamatkan Sri Rama? Dia adalah Sri Visnu yang Agung,  penyelamat seluruh ciptaan”. 

Mendengar hal ini, Garuda menyadari kebodohannya, egonya lenyap semua. Dia menyadari arti dari apa yang diisyaratkan oleh  Dewa Shiva. Ke-aku-an menimbulkan kesombongan dan kegelapan sehingga kehilangan kemampuan untuk menginsafi diri dan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.


Minggu, 18 Juni 2023

Sosok Dewa Indra.

Dewa Indra adalah salah satu dari asta dewata yang dipuja sebagai Sumber kesuburan dan sebagai penguasa hujan. Dalam "Padma Purana" dikisahkan bahwa Saktinya Indra bernama Dewi Saci namun pernah disandera oleh Jalandara. Wahana dewa Indra bernama Airawata. 
Beliau bersenjatakan Bajra atau Wajra sebagai simbol penghancur kegelapan. 

Palinggih Bhatara Indra di Merajan dengan Bhiseka Luhuring Akasa, yaitu sakti Dewa Brahma, kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa. Dalam Agama Hindu aliran Dewa Indra, Beliau dipuja sebagai Dewa Perang yang menurut sejarahnya dalam Tradisi Mageret Pandan (Perang Pandan Berduri), Tenganan merupakan hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan Karangasem yang juga dahulu dalam kisahnya pernah mengalahkan Raja Detya Bali. 

Beliau adalah Dewa yang memimpin delapan Wasu, Dewa Indra juga terkenal dalam kitab-kitab "Purana" dan "Itihasa".  Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan  pemimpin para Dewa.

Siwa Nataraja.

Nataraja adalah bentuk tarian dari dewa siwa. Nataraja berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari dua kata yaitu Nata dan Raja. Nata berarti tarian, sedangkan Raja berarti raja. Jadi Nataraja artinya tarian raja. Nataraja adalah paling jelas dari aktivitas Tuhan yang bisa dibangakan oleh seniman dan semua umat Hindu. Representasi  sosok yang bergerak  yang lebih energik daripada sosok siwa.

Tarian kosmis dari Siwa ini di sebut - Anandatandava yang bearti tari kebahagian dan melambangkan siklus kosmis pencipta  dan kehancuran serta ritme harian dan kematian. 
Dan Tarian ini adalah aleorgi bergambar dari lima Manifestasi prinsif energi Abadi yaitu Pencipta - Penghancuran - Pengawetan -Keselamatan dan ilusi.