Minggu, 23 April 2023
Cangak Dan Kepiting.
Kamis, 13 April 2023
Profil Singkat Tentang Karna.
Rabu, 12 April 2023
Calonarang.
Sementara dalam versi lain seperti film yang pernah disutradarai Sisworo Gautama Putra pada tahun 1985 yang berjudul Ratu Sakti Calonarang disebutkan bahwa Rangda Girah tewas di tangan Mpu Bharadah. Inti ceritanya adalah Mpu Bharadah mengutus putranya yang bernama Mpu Bahula untuk mengawini Ratna Manggali agar berhasil mencuri ilmu Pengleakan milik janda tersebut. Perkawinan Mpu Bahula dengan Ratna Manggali adalah siasat untuk mendapatkan lontar Tantrayana Mantram, Nircaya Lingga dan kitab Lipyakara. Kemudian Rangda Girah atau Calonarang sangat marah karena dirinya merasa tertipu. Akhirnya Calonarang menantang Mpu Bharadah untuk perang tanding pada malam hari di kuburan yang ada di kerajaan Kediri. Konon di akhir cerita, Calonarang terbakar hangus oleh ilmunya sendiri.
Naga Basuki.
.
Naga ini diceritakan sangat sakti. Sisik dari naga ini bisa rontok dan berubah menjadi emas dan berlian. Konon Begawan Sidhimantra yang sakti memanggil naga besukih dengan genta sakti untuk meminta harta demi melunasi hutang anaknya yang suka berjudi.
.
Kita biasa mendengar Naga adalah makhluk mitologi yang muncul dalam mitos negara-negara Eropa, atau ular berukuran besar yang dapat terbang naga dari legenda Tiongkok. Tetapi legenda naga juga ada di Indonesia, tepatnya di Bali.
.
Selain terkenal dengan pemandangannya yang pempesona, dan kaya akan tradisi dan budaya, Bali juga memiliki kisah legenda tentang Naga yang sudah ada sejak zaman dulu. Salah satunya adalah kisah legenda terbentuknya Selat Bali yang memisahkan pulau Jawa dan Pulai Bali.
Cerita Mayadanawa.
Untuk menyembunyikan dirinya, Mayadanawa mengubah dirinya menjadi berbagai rupa seperti misalnya menjadi ayam. Maka di daerah tersebut dinamakan desa Manukaya. Menjadi timbul, sehingga dinamakan desa Timbul. Menjadi Busung atau janur, sehingga dinamakan desa Blusung. Menjadi Susuh, sehingga dinamakan desa Penyusuhan. Menjadi bidadari, sehingga dinamakan desa Kedewatan. Dan terakhir, Mayadanawa terkena panahnya Bhatara Indra sehingga darahnya mengalir dan membentuk sungai yang disebut sungai Petanu. Kematian Mayadanawa tersebut diperingati sebagai hari raya Galungan, kemenangan Darma melawan Adarma.
Dan mengenai sejarah Tirta Empul, Kira-kira tahun berapa Bhatara Indra menciptakan permandian Tirta Empul dalam peperangannya melawan Mayadanawa? Menurut catatan di berbagai majalah bernuansa Hindu menyebutkan permandian Tirta Empul dibangun pada bulan atau Sasih Kapat, tahun Isaka 884 atau sekitar bulan Oktober tahun 962 Masehi. Permandian Tirta Empul memiliki 33 pancoran yang berderet dari barat ke timur dengan khasiat masing-masing. Nama pancorannya antara lain pancoran pembersihan, pancoran Sudamala, pancuran Cetik, Tirta Pangentas, Tirta Pelebur dan lain-lain. Ada sekitar 14 pancoran yang berfungsi untuk pembersihan, dua jenis pancoran untuk pelebur, dan ada sekitar enam pancoran untuk Upakara Yadnya. Dalam Kekawin Mayantaka sebuah karya sastra dari Danghyang Nirarta ada Wirama yang menjelaskan tentang khasiat dari Tirta Empul yaitu " Tirta Empul namanya olehku, demikian sabda Bhatara Indra, mulai sekarang sampai di kemudian hari, sungguh amat suci dan utama keadaan Tirta tersebut membuat senang, tidak ada menandingi jika sang Brahmana dan Ksatrya pergi mandi atau cuci muka di Tirta tersebut, kekotoran dirinya akan hilang, kebajikan dan nilai-nilai Dharma akan ditemuinya dan kesengsaraan dirinya akan hilang.
Tirta Empul itu sebenarnya menurut Purana Tatwa adalah hasil karya Hyang Indra, telah dikenal luas sejak jaman dahulu setelah jaman Kretayuga, kemudian Tretayuga berlalu diganti dengan Dwaparayuga, juga telah lewat sangat lama dan tidak bisa dihitung lamanya, sekarang tiba saatnya jaman Kaliyuga, ketika pikiran manusia di dunia tidak teratur {Wirama 14:2}
Cerita Bhima Swarga.
Di sebelahnya, Atma Angrawun yang semasa hidupnya meracuni banyak orang sedang diberi makan medang oleh Bhuta Ramya yang suaranya gemuruh. Sedangkan berdekatan dengan itu, Sang Bhuta Edan yang suka mengamuk sedang menyiksa Atmaning Wong Andesti, atma yang semasa hidupnya menggunakan ilmu hitam untuk menyakiti orang lain.
Di sebelahnya lagi, Atma Wong Bengkung yang tidak mau menyusui bayinya sedang disiksa dengan mematukkan ular tanah pada puting susunya oleh Bhuta Preta yang menjerit-jerit memekakkan telinga. Di tempat itu pula, Bhuta Jangitan yang menyeramkan sedang menyiksa Atma Pande Corah, atma ahli membuat senjata mungkin bom yang untuk menghancurkan orang lain. Selain itu, ada lagi Kawah Gomuka dengan air mendidih berisi atma yang direbus karena kesalahannya pada waktu menjelma menjadi manusia, sebagai koruptor, suka memfitnah, maling, madat, narkoba... Tampaknya di neraka yang luas ini, tidak terhitung jumlah Kawah Gomuka bertebaran di mana-mana. Demikian pula, begitu banyak atma yang bersalah pada masa lalu dihukum sesuai tingkat kesalahannya. Atma Jalir, baik laki-laki maupun perempuan yang semasa hidupnya suka berselingkuh, disiksa oleh Bhuta Lendi maupun Bhuta Lende dengan membakar kemaluannya. Dijumpai pula Sang Jogor Manik yang seram dan menakutkan sedang menguji Sang Atma Putus, yaitu atma yang dalam kehidupannya di dunia tiada tercela, selalu berbuat baik dan pandai. Tiada berapa lama kemudian, Sang Atma Putus diijinkan memasuki surga. Sesaat setelah menyaksikan penghukuman para atma sesuai kesalahannya, Bhima menemukan Kawah Gomuka. Secepat kilat Bhima membalikkan kawah untuk menyelamatkan atma Pandu dan Dewi Madri. Selanjutnya mencari tirta amerta untuk membebaskan dosa yang membelenggu kedua orang tuanya. Setelah diperciki tirta amerta, Pandu dan Madri berhasil memperoleh kebahagiaan abadi di sorga.(Sumber rareangon.blogspot.com)
Kemuliaan Nama Rama. Bag.3
Kenapa Bhisma Diam Saat Drupadi Dilucuti?
Kontroversi Tentang Ganesha Di Pintu Gerbang.
Upacara Rsi Gana sesungguhnya adalah sebuah upacara yang didedikasikan atau dilakukan untuk memuja Dewa Ganesha, serta memberikan persembahan berupa caru kepada rancangan Dewa Ganesha. “Sehingga tidak mengganggu, dan bisa memberikan kedamaian kepada keluarga sang pelaksana upacara Rsi Gana tersebut, Jadi, dalam konteks agama yang dikenal saat ini, setiap rumah tangga di Bali diwajibkan untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Ganesha, minimal sekali dalam kurun waktu tertentu. Hal ini tidak terlepas dari Filosofi Dewa Ganesha yang dalam keyakinan sebagian besar masyarakat Hindu melambangkan kebijaksanaan, maupun kecerdasan sehingga mampu membedakan salah benar untuk mencapai kesempurnaan dalam hidupnya.
Dewa Ganesha dilambangkan dengan bentuk manusia yang memiliki kepala gajah. “Selain bernama Ganesha, dewa ini juga disebut dengan Ganapati atau Winayaka, Sebagai manifestasi Dewa Siwa yakni dewa utama dalam Mitologi Hindu, maka Ganesha adalah dewa yang memiliki sifat suci. Sehingga untuk patung Ganesha ini, tidak layak ditempatkan di aling-aling rumah sebagai penjaga rumah, melainkan di utamaning mandala. tidak layak ditempatkan di aling – aling rumah. Namun di merajan atau sanggah,” Jika ditempatkan di luar areal utamaning mandala, maka fungsi patung Ganesha sebaiknya hanya digunakan sebagai pelengkap dekorasi saja. Sehingga patung ganesha yang dipasang di pekarangan rumah tidak diupacarai dan fungsi patung ganesha tersebut bukan sebagai tempat pemujaan, hanya dekorasi atau hiasan,”
Pemasangan patung ganesha di aling-aling rumah tidak tepat. Terlepas dari peran Dewa Ganesha yang dalam mitologi Hindu disebutkan jika Dewa Ganesha memiliki peran yang sangat penting bagi ketenteraman surga sebagai istana para dewa. “Ini karena fungsi para dewa adalah sebagai penjaga ketentramanan Surga,”
Karena hal itulah, maka penempatan Dewa Ganesha tidak sepantasnya di aling-aling rumah. Selain rumah tersebut bukan surga, aling-aling rumah atau pintu masuk rumah bukanlah kawasan Suci. Karena aling-aling rumah sangat rentan terkontaminasi dengan hal-hal yang negatif, baik itu secara sekala dan niskala. Terkait penempatan patung Ganesha ini, jika umat Hindu ingin melakukan pemujaan terhadap Dewa Ganesha dengan cara memasang patung Ganesha, harus ditempatkan di tempat yang suci yakni di area merajan tepatnya berdampingan dengan pelinggih angglurah yang berada di bucu kaja kauh (sisi barat laut).
Ketentuan ini diatur dalam lontar Ganapati, dimana dalam lontar tersebut disebutkan jika penempatan patung Ganesha di dalam rumah harus berada di areal utamaning mandala dan menjaga dari sisi barat laut. “Sehingga jika umat ingin memuja Dewa Ganesha, hendaknya patungnya ditempatkan pada sisi Barat Laut, dan patung itu bisa difungsikan sebagai sarana pemujaan, sehingga bisa dilakukan ritual penyucian atau Pasupati.
Lahirnya Dewa Ganesha.
Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan Trisula dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
Atas saran Brahma, Siwa mengutus abdinya, yaitu para gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekor gajah sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.Ganesha sebagai dewa yang berwajah gajah memiliki makna filosofi yang mendalam. Gajah dianggap sebagai hewan yang memiliki intelegensi tinggi dibandingkan hewan lainnya. Tubuhnya yang besar melambangkan sebagai tempat berlindung dan kekuatannya mampu dijadikan andalan bagi yang meminta perlindungannya. Kakinya yang besar, mampu membuka jalan yang tertutup semak-semak. Oleh karena itu, Ganesha dijadikan dewa penghalang marabahaya atau rintangan , sehingga Ganesha juga disebut sebagai penghalau rintangan dan marabahaya.
Sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan, Ganesha digambarkan membawa mangkuk yang berisi ilmu pengetahuan. Belalainya selalu masuk ke dalam mangkuk tersebut untuk menghirup ilmu yang seakan-akan tidak ada habisnya. Berdasarkan konsep keagamaan, Ganesha memiliki kekuatan atau sakti yang diwujudkan dalam bentuk kecerdasan atau buddhi, sehingga Ganesha juga disebut sebagai “buddhipriya” atau suami dari kecerdasan. Masyarakat pemuja Ganesha yang ingin anaknya memiliki kecerdasan atau seorang siswa yang ingin mendapat berkah, selalu memuja Ganesha. Mengingat kedudukannya sebagai dewa ilmu pengetahuan, maka beberapa institusi pendidikan menjadikan Ganesha sebagai lambangnya.
Saat ini kita sering melihat rumah yang di dalam pekarangannya itu terdapat patung Dewa Ganesha menghadap keluar dari pintu gerbang dari sebuah rumah. Patung yang ada di rumah itu sudah pasti patung Ganesha yang sudah diupacarai secara Hindu oleh orang yang menaruh patung Dewa Ganesha itu dirumahnya. Tidak sembarangan bisa menaruh patung Dewa Ganesha di pekarangan rumah, karena patung ini seperti layaknya sanggah bagi umat Hindu, jika sudah didirikan maka harus di upacarai dan juga diberikan sesajen atau dipuja setiap hari layaknya sanggah yang kita punya di rumah. Jika menaruh patung Dewa Ganesha pada pekarangan rumah namun tidak diupacarai tapi selalu dihaturkan banten setiap hari, maka patung itu bukan lagi sebagai Dewa Ganesha malahan patung itu akan menjadi tempatnya para Butha Kala. Oleh sebab itu kita harus tahu penempatan patung Dewa Ganesha itu hanya untuk patung pajangan atau memang untuk dipuja setiap hari.
Dewa Ganesha atau sering juga disebut dengan Ganapati atau Winayaka ini merupakan Dewa yang perwujudannya campuran antara hewan gajah dan manusia. Seperti diketahui kalau Ganesha ini merupakan Dewa yang memiliki kepala gajah dan bertubuh manusia. Dewa Ganesha ini merupakan putra dari Dewa Siwa dan Ibunya adalah Dewi Parwati yang merupakan bentuk lain dari Dewi Durga. Dewa Ganesha ini sangat disayang oleh Ibunya, oleh sebab itu Dewa Ganesha ini selalu dimanja oleh Ibunya. Seperti kita ketahui kalau Dewa Ganesha itu memiliki tubuh yang gemuk dan dengan kepala gajah, nah meskipun demikian sebenarnya ada beberapa filosofi yang bsai kita petik dari bentuk Dewa Ganesha yang gendut itu. Nah berikut adalah beberapa filosofi yang ada pada Dewa Ganesha.
Kepala besar melambangkan kita sebagai manusia seharusnya lebih banyak menggunakan akal daripada fisik dalam memecahkan masalah. Mata yang sipit berarti konsentrasi. Pikiran harus diarahkan ke hal-hal positif untuk memperbaiki daya nalar dan pengetahuan. Dua telinga besar yang mengajarkan supaya kita mendengarkan orang lain lebih banyak. Kita selalu mendengar, tetapi jarang sekali kita mendengarkan orang lain dengan baik: “Dengarkan ucapan-ucapan yang membersihkan jiwa dan seraplah pengetahuan dengan telingamu.” Satu gading yang patah untuk menggurat Kitab Suci di atas daun tal. Satu gading berarti kesatuan. Simbol ini menyarankan manusia hendaknya bersatu untuk satu tujuan mulia & suci.
Memiliki mulut yang kecil dan hampir tidak kelihatan karena tertutup belalainya yang dengan rakus ”menghirup rasa” manisan susu ilmu di tangannya. Mulut yang kecil itu mengajarkan agar kita mengontrol gerak mulut dan lidah. Maksudnya adalah bahwa kita harus mengurangi pembicaraan yang tidak-tidak. Sementara belalai yang menjulur melambangkan efisiensi dan adaptasi yang tinggi. Beralih ke badan Ganesha yang besar, hal pertama yang kita lihat pastilah perutnya, karena perut itu memang buncit. Ganesha memang selalu dimanja oleh ibu Parvati, istri Siva sebagai anak kesayangan. Perut buncit melambangkan keseimbangan dalam menerima baik-buruknya gejolak dunia. Dunia diliputi oleh sesuatu yang berpasangan, yakni pasangan dua hal yang bertolak belakang. Ada senang, ada pula sedih. Ada siang, ada pula malam. Ada wajah suram kesedihan di balik tawa riang kita. Dan sebaliknya, ada keriangan dan semangat dibalik kesenduan kita. Itulah hidup, dan kita harus menyadarinya.
Tangan kanan depan bersikap abhaya hasta (memberi berkat) kepada pemuja, umat manusia. Selain itu Beliau juga memberkati dan melindunginya dari segala rintangan dalam usaha pencapaian Tuhan. Tangan kanan belakang memegang kapak, dengan kapak itu beliau memotong keterikatan para bhaktanya dari keterikatan duniawi. Tangan kiri belakang memegang tali dan dengan tali beliau menarik mereka untuk semakin dekat dengan kebenaran, kebajikan, dan cinta kasih serta intelektualitas, kemudian pada akhirnya beliau mengikatnya untuk mencapai tujuan umat tertinggi. Tangan kiri depan membawa modaka (manisan) dipegang oleh Dewa Ganesha perlambang pahala dari kebahagiaan yang beliau berikan kepada pemuja-Nya.
Terakhir, ada seekor tikus yang selalu berada di dekat Ganesha. Tikus, seperti sifat hewan aslinya, adalah hewan yang penuh nafsu menggigit. Hewan pengerat ini memakan apa saja untuk memenuhi hasrat perutnya. Demikianlah tikus dijadikan lambang nafsu dalam figur Ganesha. Lalu mengapa tikus itu menjadi tunggangan Ganesha yang berbadan berat & tinggi ini? Jawabannya sangat sederhana, tikus yang diibaratkan sebagai nafsu harus ditundukkan. Kita harus bisa menjadikan nafsu sebagai kendaraan sehingga kita dapat mengendalikan nafsu. Namun saat ini justru sebaliknya banyak manusia kini menjadi kendaraan dari nafsunya sendiri. Banyak dari mereka yang tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri sehingga mereka terkadang dibuat susah oleh nafsunya sendiri. Nah itulah sedikit penjelasan dari filosofi Dewa Ganesha, semoga bermanfaat dalam kehidupan ini. Jadi kesimpulnnya adalah, jika sudah berani melinggihkan patung Dewa Ganesha di pekarangan rumah dan juga sudah diupacari, maka kita sudah pasti harus bisa mengendalikan segala bentuk keterikatan kita dari keduniawian dan selalu berjalan pada jalan yang benar dengan selalu berbuat baik dan pastinya tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain dan bisa mendapat pahala yang baik dari setiap persembahan yang kita lalukan.
Selasa, 11 April 2023
Sosok Hanoman.
Senin, 10 April 2023
Jayabaya
Apakah ramalan Jayabaya sudah terbukti di jaman sekarang? Dalam catatan media, Jayabaya telah memprediksi nama-nama orang nomer satu di Indonesia sejak lama yaitu Indonesia dipimpin Notonodo. Sejak merdeka, negara dipimpin oleh Soekarno, dilanjutkan dengan Soeharto hingga Susilo Bambang Yudoyono dan kini Joko Widodo. Jika disingkat namanya membentuk Notonodo. Selain itu, Jayabaya juga meramalkan akan ada banyak pejabat yang korupsi, banyak orang yang dapat kekayaan tidak wajar, kehidupan peradaban akan berubah, dan muda-mudi melanggar norma.