Pada saat Prabu Santanu berburu ke tepi Sungai Gangga, ia
bertemu dengan Seorang Wanita yang sangat cantik dan tubuhnya sangat
indah.Karena terpikat oleh kecantikannya, Prabu Santanu merasa jatuh
cinta. Dewi Gangga pun bersedia menjadi permaisurinya dengan syarat
bahwa apapun yang ia lakukan terhadap anaknya, Prabu Santanu tidak boleh
melarangnya. Jika Prabu Santanu melanggar janjinya, maka Dewi Gangga
akan meninggalkannya. Karena perasaan cinta yang meluap-luap, maka
syarat tersebut dipenuhi.
Setelelah Prabu Sentanu Menikah dengan Dewi Gangga, Dewi
Gangga pun mengandung putranya yang pertama. Namun tak lama setelah
anak tersebut lahir, ibunya segera menenggelamkannya ke sungai Gangga.
Begitu pula pada para puteranya yang selanjutnya, semua mengalami nasib
yang sama. Sang raja mengetahui hal tersebut karena selalu membuntuti
istrinya, namun ia tak kuasa mencegah karena terikat akan janji
pernikahannya. Ketika Sang Dewi mengandung putranya yang kedelapan,
Prabu Santanu tak tahan lagi. Lalu ia menghentikan perbuatan
permaisurinya yang ia anggap sebagai perbuatan biadab dan tidak
berperikemanusiaan.
Dewi Gangga menghentikan
perbuatannya lalu menjelaskan
bahwa putra-putra yang ia lahirkan merupakan Reinkarnasi dari Asta basu
atau delapan Wasu. Tindakannya menenggelamkan bayi-bayi tersebut adalah
untuk melepaskan jiwa mereka agar mencapai Surga, kediaman para Wasu.
Konon, delapan Wasu tersebut pernah mencuri Lembu sakti milik Resi
Wasista. Karena ketahuan, mereka dikutuk oleh Resi Wasista supaya
kekuatan Dewata mereka hilang dan menjelma sebagai manusia. Salah satu
dari delapan Wasu tersebut bernama Prabata yang merupakan pemimpin
daripada rencana pencurian tersebut. Karena ia merupakan pelaku utama
dan ketujuh Wasu lainnya hanya ikut membantu, maka Prabata yang menjelma
paling lama sebagai manusia. Kelak Prabata menjelma sebagai seorang
manusia sakti yang bernama Dewa Bharata. Setelah menjelaskan hal
tersebut
kepada Prabu Santanu, Dewi Gangga yang masih mengandung lenyap di sungai
Gangga.
Menurut Wikipedia Gangga adalah
nama seorang dewi dalam agama Hindu yang dipuja sebagai dewi kesuburan
dan pembersih segala dosa dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga
merupakan Dewi sungai suci sungai Gangga di India. Dewi Gangga sering
dilukiskan sebagai wanita cantik yang mencurahkan air di dalam guci.
Umat Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga
pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan dosa dan memudahkan
seseorang untuk mendapat keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil
tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga sewaktu-waktu.
Orang-orang melakukan perjalanan dari tempat yang jauh untuk mencelupkan
abu dari jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air sungai Gangga.
pencelupan itu dipercaya sebagai jasa untuk mengantarkan abu tersebut
menuju surga. Beberapa tempat suci bagi umat Hindu berada di sepanjang
tepi sungai Gangga, meliputi Haridwra, Allahabad, dan Benar
Dalam
aturan seni di India, Gangga digambarkan sebagai wanita mewah dan
cantik, membawa sebuah Kendi di tangan dan mencurahkan airnya. Kendi
melambangkan cita-cita akan
kemakmuran hidup dan kesuburan, yang memberi makan dan menopang alam
semesta. Aspek kedua yang memberi perbedaan terhadap penggambaran wujud
Gangga adalah hewan yang menjadi kendaraannya, yang seringkali memberi
tempat pijakan bagi dirinya. Hewan itu adalah Makara, makhluk campuran
yang memiliki tubuh dari buaya dan ekor dari ikan. Makara dalam Hindu
diperkirakan memiliki hubungan dengan Capricornus dalam Astrologi barat.
Makara juga merupakan kendaraan dewa air dalam Weda yaitu Baruna.
Menurut sastra Hindu, Dewi Gangga merupakan ibu asuh Dewa Kartikeya
atau Murugan, yang sebenarnya merupakan putera Siwa dan Parwati. Ia juga
merupakan ibu Dewa Bharata yang dikenal sebagai Bhisma, yang merupakan
salah satu tokoh yang paling dihormati dalam
Mahabharata.
Kadangkala dipercaya bahwa air sungai Gangga akan mengering pada akhir
Kaliyug bersama dengan sungai Saraswati. Terdapat beberapa kepercayaan
Hindu yang memberikan beragam versi mengenai kelahiran Gangga. Menurut
salah satu versi, air suci di
Kamandalu Brahma (kendi air)
menjelma sebagai seorang gadis, bernama Gangga. Menurut legenda lain
(legenda Waisnawa), Brahma dengan takzim mencuci kaki Wisnu dan
mengumpulkan airnya dalam Kamandalu miliknya. Menurut versi yang ketiga,
Gangga merupakan puteri Himawan, raja gunung, dan istrinya, Mena; maka
ia merupakan adik Dewi Parwati. Setiap versi mengatakan bahwa ia lahir
di surga, di bawah asuhan Brahma.