Di kerajaan Lelanggala, di tengah hutan lebat dan tebing-tebing terjal, hidup seorang raksasa bernama Grahakala. Tubuhnya menjulang tinggi, suaranya menggelegar bagai guntur, dan kekuatannya bagaikan badai yang tak terbendung. Namun, alih-alih menjadi pelindung bagi kaumnya, Grahakala justru menjadi ancaman bagi seluruh kerajaan. Setiap kali ia marah, desa-desa terbakar, pohon-pohon tumbang, dan sungai-sungai pun keruh oleh ulahnya. Penduduk Lelanggala hidup dalam ketakutan, bahkan sampai enggan keluar rumah atau berladang. Kekacauan yang diciptakan oleh Grahakala membuat mereka kehilangan kedamaian.
Dalam keputusasaan, seorang bijak dari desa terpencil di kaki gunung berdoa memohon pada Dewa Indra, dewa penguasa langit dan pelindung kedamaian. Ia memohon agar Grahakala dihentikan dan penduduk kerajaan bisa hidup damai seperti dahulu. Mendengar doa yang penuh ketulusan itu, Dewa Indra menampakkan dirinya kepada sang bijak. “Wahai penduduk Lelanggala, hanya ada satu cara untuk mengalahkan Grahakala. Hanya seorang putra yang lahir dari perpaduan kekuatan Dewa Siwa dan Dewa Wisnu yang mampu melakukannya. Aku akan menyampaikan hal ini kepada mereka.”
Dewa Indra pun pergi menuju Kahyangan, kediaman para dewa, untuk menyampaikan pesan itu. Ia bertemu dengan Dewa Wisnu, yang kemudian menyetujui rencana ini dan memutuskan untuk membantu penduduk yang ketakutan itu. Dewa Wisnu merubah wujudnya menjadi Mohini, seorang wanita berparas sangat cantik dan mempesona, untuk memikat Dewa Siwa. Dewa Siwa, terpesona oleh kecantikan Mohini, jatuh cinta padanya, dan dari pertemuan mereka lahirlah seorang putra yang diberi nama Dewa Ayapa.
Dewa Ayapa tumbuh menjadi sosok yang gagah dan penuh kebijaksanaan, mewarisi kekuatan besar dari kedua orang tuanya, serta memiliki hati yang murni dan tekad untuk menegakkan kebenaran. Ketika telah dewasa, Ayapa turun ke bumi menuju Lelanggala, tempat Grahakala berkuasa dan menebar ketakutan.
Pertempuran antara Ayapa dan Grahakala berlangsung sangat dahsyat. Setiap pukulan yang dilancarkan oleh Ayapa membuat bumi bergetar, sementara Grahakala membalas dengan kekuatannya yang tak kalah besar. Penduduk Lelanggala berkumpul di puncak bukit, menyaksikan dari kejauhan dengan harap-harap cemas, berdoa agar pahlawan mereka bisa menang melawan tirani raksasa itu.
Di puncak pertempuran, Dewa Ayapa memusatkan kekuatan terakhirnya dan melontarkan serangan yang tak bisa ditahan oleh Grahakala. Dalam sekejap, tubuh besar Grahakala roboh dan bergemuruh ke tanah. Raksasa itu telah dikalahkan, dan akhirnya, penduduk kerajaan Lelanggala bisa menarik napas lega.
Dengan Grahakala yang telah dikalahkan, kehidupan di Lelanggala kembali tenang. Hutan-hutan kembali damai, dan sungai-sungai mengalir jernih. Penduduk yang semula ketakutan kini bisa keluar dari rumah dan menjalani hidup mereka tanpa bayang-bayang ketakutan. Mereka bersyukur kepada Dewa Ayapa, yang telah menjadi pahlawan mereka. Setiap tahun, mereka memperingati hari kemenangan itu sebagai tanda syukur kepada para dewa yang telah mendengar doa mereka dan mengirimkan Dewa Ayapa untuk membawa kedamaian di kerajaan Lelanggala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar