Selasa, 19 November 2024

Asal Mula Pura Besakih dan Perjalanan Rsi Markandeya

Pada zaman dahulu kala, sebelum Bali dikenal seperti sekarang, "Pura Besakih" dulunya  hanyalah sebuah hutan belantara yang dipenuhi pohon-pohon kayu besar yang rimbun. Tak ada bangunan, tak ada kehidupan manusia, hanya alam yang liar dan tak tersentuh. Di dalam hutan itu, hanya terdengar suara-suara alam, angin yang berdesir, dan gemerisik daun-daun yang bergoyang. Sebelum ada Selat Bali yang memisahkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa, pulau ini dikenal dengan nama Pulau Panjang. Pulau yang kaya akan keindahan alam, namun masih dalam keadaan primitif, jauh dari peradaban.

Di seberang Pulau Panjang, di ujung timur Pulau Jawa, terdapat sebuah gunung yang sangat tinggi, Gunung Rawung. Di puncak gunung inilah kisah kita dimulai, di mana seorang yogi agung bernama Rsi Markandeya menjalani kehidupan spiritualnya yang sangat dalam. Rsi Markandeya, yang berasal dari tanah India, dikenal oleh banyak orang sebagai Bhatara Giri Rawang. Nama ini bukanlah sekadar julukan, melainkan penghormatan terhadap ilmu batin yang sangat tinggi dan kesucian rohani yang dimiliki oleh sang yogi.

Rsi Markandeya tidak hanya dikenal karena kepandaiannya dalam ilmu spiritual, tetapi juga karena kebijaksanaan dan kewibawaannya yang luar biasa. Beliau sudah mencapai tingkat tertinggi dalam pencapaian spiritualnya, di mana tubuh dan jiwanya menjadi satu dengan alam semesta. Dalam perjalanan hidupnya, Sang Yogi tidak hanya mengejar pengetahuan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kebaikan umat manusia. Masyarakat sekitar Gunung Rawung menganggap beliau sebagai seorang dewa yang turun ke bumi untuk mengajarkan kebenaran dan kebijaksanaan.

Pada suatu hari, Rsi Markandeya merasakan sebuah panggilan yang sangat kuat dari dalam hatinya. Panggilan itu datang dari dunia yang lebih tinggi, dari alam para dewa yang berada di kahyangan. Di dalam meditasi mendalamnya, beliau menerima petunjuk bahwa suatu tempat di Pulau Panjang, yang masih berupa hutan belantara, akan menjadi tempat yang sangat penting di masa depan. Sebuah tempat yang akan menjadi pusat spiritual dan kekuatan alam semesta—suatu tempat yang kelak akan dikenal sebagai pura Besakih, tempat suci yang menjadi simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Rsi Markandeya, yang dikenal dengan kesucian dan kebijaksanaannya, kemudian memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Pulau Panjang untuk menunaikan tugas yang diberikan oleh para dewa. Dengan membawa keyakinan dan tujuan yang jelas, beliau meninggalkan Gunung Rawung yang sejuk dan damai, melintasi lautan luas yang membentang antara Pulau Jawa dan Pulau Panjang. Perjalanan ini bukanlah perjalanan fisik semata, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Setiap langkah yang beliau ambil penuh dengan niat untuk membawa kedamaian dan keharmonisan bagi dunia yang masih penuh kekacauan.

Sesampainya di Pulau Panjang, Sang Yogi menemukan tempat yang disarankan oleh para dewa. Tempat itu masih berupa hutan belantara, dengan pohon-pohon kayu besar yang menjulang tinggi dan tanah yang subur. Rsi Markandeya memutuskan untuk menetap di tempat itu, melakukan tapa brata dan meditasi untuk memohon petunjuk lebih lanjut dari para dewa mengenai apa yang harus dilakukannya. Hari demi hari, beliau terus melaksanakan ritual-ritual suci, berdoa, dan berusaha memahami lebih dalam tentang alam semesta dan kehendak para dewa.

Suatu malam, ketika bulan purnama menyinari Pulau Panjang dengan cahaya yang lembut, Rsi Markandeya mendapat wahyu yang sangat luar biasa. Dalam meditasi mendalamnya, beliau diberi petunjuk untuk membangun sebuah tempat suci yang akan menjadi pusat dari segala kekuatan spiritual di dunia ini. Tempat itu akan menjadi tempat yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia para dewa, tempat yang akan menjadi sumber kedamaian dan kebijaksanaan bagi seluruh umat manusia. Petunjuk itu jelas—di sinilah pura Besakih akan dibangun.

Sang Yogi menyadari bahwa tempat ini bukan hanya sekadar tempat suci, tetapi juga merupakan simbol dari hubungan yang erat antara manusia dengan alam semesta. Oleh karena itu, beliau memutuskan untuk mengundang para dewa dan makhluk halus untuk hadir di tempat itu, untuk memberi berkah dan perlindungan bagi setiap orang yang datang ke tempat ini dengan hati yang tulus. Dengan bantuan dari kekuatan alam dan para dewa, Sang Yogi mulai membangun pura Besakih, sebuah tempat yang akan menjadi simbol keseimbangan dan keharmonisan antara dunia manusia dan dunia spiritual.

Proses pembangunan pura Besakih berlangsung dengan penuh keajaiban. Setiap batu yang diletakkan di tempat itu tidak hanya berasal dari bumi, tetapi juga dari kekuatan gaib yang mengalir dari langit. Setiap sudut tempat ini dipenuhi dengan energi positif yang membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi setiap makhluk yang berada di sana. Pura Besakih bukan hanya tempat persembahyangan saja, tetapi juga tempat yang memancarkan kekuatan ilahi yang menghubungkan umat manusia dengan Tuhan.

Seiring berjalannya waktu, pura Besakih menjadi tempat yang dihormati dan dihargai oleh masyarakat Bali. Tempat ini menjadi pusat spiritual yang tidak hanya membawa berkah bagi orang Bali, tetapi juga bagi seluruh umat manusia yang datang dengan niat baik. Kahyangan Besakih menjadi lambang kebijaksanaan, kedamaian, dan keharmonisan, seperti yang telah diajarkan oleh Rsi Markandeya, yang kini dikenal oleh banyak orang sebagai Bhatara Giri Rawang. Nama beliau dikenang sepanjang masa, sebagai sosok yang membawa terang di tengah kegelapan, sebagai seorang yogi yang menyatukan manusia dengan alam dan Tuhan.

Begitulah kisah asal mula pura Besakih, sebuah tempat yang dibangun dengan penuh kebijaksanaan, kekuatan spiritual, dan kasih sayang dari Rsi Markandeya. Di balik keindahan dan keagungan tempat ini, terdapat cerita tentang perjuangan spiritual yang mendalam, tentang hubungan antara manusia dengan alam semesta, dan tentang bagaimana kekuatan ilahi dapat mengubah dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar