Narayana adalah salah satu nama Tuhan yang paling dihormati dalam tradisi Vaishnavisme, yang merupakan salah satu cabang utama dari ajaran Hindu. Dalam pandangan ini, Narayana dianggap sebagai bentuk tertinggi dari Tuhan yang tak terpisahkan dari segala yang ada, baik yang terlihat maupun yang tidak tampak. Ia adalah manifestasi dari segala yang ada di alam semesta, baik yang hidup maupun yang mati. Nama Narayana sendiri memiliki makna yang dalam, yang sering diterjemahkan sebagai "yang berada di dalam air," merujuk pada konsep tidur yoga-Nya di atas air surgawi yang melambangkan prinsip maskulin, penciptaan, dan pemeliharaan alam semesta.
Narayana tidak hanya dikenal dengan nama tersebut, tetapi juga dengan berbagai gelar agung lainnya, seperti Purushottama, yang artinya "Makhluk Tertinggi." Gelar ini mencerminkan kedudukan-Nya sebagai sumber dari segala yang ada di alam semesta ini. Dalam ajaran Vaishnavisme, Narayana dianggap sebagai Tuhan yang lebih tinggi daripada segala bentuk dewa lainnya, termasuk Dewa Siwa dan Brahma. Narayana adalah dewa yang tidak terikat oleh waktu, ruang, atau bentuk, dan dianggap sebagai wujud yang abadi, tak terjangkau oleh akal manusia. Dalam Weda Sruti dan Smerti, Narayana digambarkan sebagai sumber utama penciptaan dunia ini, serta pemelihara dan penghancurannya.
Salah satu teks yang paling mendalam yang mengungkapkan tentang Narayana adalah Mantra Trisandhya, yang tercantum dalam lontar Catur Weda Sirah bagian Yayur Weda. Dalam mantra ini terdapat sebuah bait yang sangat terkenal yang menggambarkan sifat-sifat luhur Narayana:
"Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini, apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan, tak dapat digambarkan, suci, dan hanya satu. Tidak ada yang kedua selain Nàràyana."
Bait ini menggambarkan sifat-sifat Narayana yang sangat luar biasa. Ia disebut bebas dari segala noda, kotoran, dan perubahan. Bahkan, sifat-Nya yang tidak terungkapkan (nirākyātah) menunjukkan bahwa Narayana adalah Tuhan yang tak dapat dibayangkan atau dipahami sepenuhnya oleh pikiran manusia. Konsep ini, yang sering disebut sebagai Acintya (tak terbayangkan), menegaskan bahwa Narayana bukanlah sosok yang dapat disamakan dengan manusia biasa atau dewa yang ada dalam kisah-kisah epik seperti Mahabharata atau kisah-kisah dari zaman modern. Nama Narayana yang dipuja dalam mantra ini merujuk pada wujud Tuhan yang mutlak, yang jauh melampaui batas-batas dunia material dan temporal.
Dalam bagian lain dari teks-teks suci, khususnya dalam Reg Veda, Narayana digambarkan sebagai pencipta dari dua belas Aditya atau Narayanad Dwa-dasãditya. Dalam Bhagavad Gita (10.21), Krishna yang juga dipandang sebagai manifestasi Narayana, mengatakan, "Di antara Aditya, Aku adalah Wisnu," yang menguatkan peran-Nya sebagai sumber dan penguasa segala yang ada. Dalam Sloka Bhagavad Gita 11.22, juga digambarkan bagaimana para Aditya kagum dan memuji keberadaan-Nya, sebuah gambaran tentang betapa agung dan tak terbatasnya kuasa Narayana.
Narayana bukan hanya dilihat sebagai Tuhan yang jauh, tetapi juga sebagai Tuhan yang sangat peduli terhadap ciptaan-Nya. Ketika seorang umat berserah diri kepada-Nya dengan penuh keyakinan, Narayana, dengan sifat-Nya yang penuh belas kasih, mengambil alih seluruh tanggung jawab atas kehidupan orang tersebut, baik di dunia ini maupun setelah kematian. Dalam hal ini, Narayana tidak hanya membebaskan umat-Nya dari beban karma, baik karma baik maupun buruk, tetapi juga memberikan ampunan terhadap perbuatan buruk yang dilakukan tanpa kesadaran. Namun, bagi mereka yang melakukan kejahatan dengan sengaja, Narayana tetap memberikan hukuman yang sesuai.
Pada akhirnya, keputusan apakah seorang individu akan diberikan Moksha (pembebasan) atau tidak, adalah sepenuhnya keputusan Narayana. Moksha bukan hanya tujuan spiritual, tetapi juga wujud dari kasih sayang-Nya yang tak terhingga, yang memberikan kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian (samsara) bagi umat yang tulus berserah kepada-Nya.
Narayana, dalam pandangan Vaishnavisme, adalah penguasa dan pengendali dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Semua manifestasi chetana (hidup) dan achetana (tidak hidup) adalah bagian dari wujud-Nya yang suci. Dengan kata lain, segala sesuatu yang ada, baik itu alam semesta, kehidupan, maupun benda mati, merupakan manifestasi dari Narayana. Semua ini adalah bagian dari kekuatan-Nya yang tidak terpisahkan dan tak terbatas.
Sri Maha Lakshmi, istri Narayana, adalah wujud dari belas kasih dan empati Tuhan. Dia memandang dengan penuh kasih sayang semua jiwa (jivatma) yang berjuang keras di dunia ini. Melalui Sri Maha Lakshmi, Narayana selalu mengawasi umat-Nya dan berusaha membantu mereka untuk menyeberangi lautan kelahiran dan kematian, membawa mereka menuju pembebasan sejati.
Melalui pemahaman ini, kita diingatkan akan pentingnya penyerahan diri kepada Narayana, sebagai bentuk kebijaksanaan tertinggi dalam kehidupan. Penyerahan ini bukan hanya sekedar ritual atau doa, tetapi juga merupakan sebuah pemahaman yang mendalam bahwa Tuhan adalah pusat dari segala eksistensi. Kita, sebagai bagian dari ciptaan-Nya, hanya dapat mencapai kedamaian dan kebebasan sejati ketika kita memahami dan meresapi kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Narayana, dalam kebesaran-Nya yang tak terhingga, adalah jalan menuju pencerahan dan pembebasan, bagi mereka yang berserah dengan hati yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar