Rsi Patanjali, seorang sage legendaris dari India, dikenal sebagai penulis "Yoga Sutra," teks klasik yang menjadi landasan bagi praktik yoga dan filosofi hidup. Cerita dimulai pada zaman kuno, ketika masyarakat mencari makna dan kedamaian di tengah hiruk-pikuk kehidupan.
Patanjali lahir di sebuah desa kecil, di mana ia menunjukkan kecerdasan dan kedalaman pemikiran sejak usia muda. Ia terpesona oleh keheningan alam dan sering menghabiskan waktu meditasi di hutan, berusaha memahami hakikat kehidupan dan spiritualitas. Dalam pencariannya, ia bertemu dengan berbagai guru dan pelajar, mengumpulkan pengetahuan dari tradisi yang berbeda.
Suatu hari, saat bermeditasi di tepi sungai, Patanjali mendapatkan pengalaman transendental. Dalam keadaan penuh kesadaran, ia menerima wahyu tentang cara mencapai kesadaran yang lebih tinggi. Dengan semangat yang membara, ia mulai menyusun ajaran-ajarannya dalam bentuk sutra—ungkapan singkat yang padat dan penuh makna.
Setelah bertahun-tahun merenung dan menulis, Patanjali menyelesaikan "Yoga Sutra," yang membahas berbagai aspek yoga, dari etika hingga meditasi. Karya ini tidak hanya menjadi panduan praktis, tetapi juga menyentuh aspek filosofis yang mendalam, membantu orang memahami pikiran dan jiwa mereka.
Ajaran Patanjali menyebar luas, menginspirasi generasi demi generasi. Ia mengajarkan bahwa yoga bukan sekadar latihan fisik, tetapi juga jalan menuju kebijaksanaan dan kedamaian batin. Hingga kini, pengaruhnya terasa di seluruh dunia, mengajak banyak orang untuk mengeksplorasi potensi tertinggi dalam diri mereka.
Rsi Patanjali bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang guru yang mengubah cara pandang umat manusia terhadap diri mereka dan alam semesta. Warisannya abadi, mengajak kita semua untuk merenung dan mencari keseimbangan dalam kehidupan.
Dalam naskah-naskah kuno seperti Padma Purana, rudraja Mala, dan Wrihanandi keswara dijelaskan bahwa PatanJali lahir di Ila warata, salah satu dari sembilan wilayah di Jambu Dwipa atau anak benua jambu. Barata Warsa atau yang sekarang disebut India bersama Pakistan, Bangladesh, butan dan Nepal adalah wilayah terbesar saat itu. Di sekitarnya adalah wilayah-wilayah yang agak kecil termasuk ilawrata. Persisnya di mana? Sekarang tidak diketahui lagi. Dari nama dan sebutan ilawrata disimpulkan bahwa warga di wilayah tersebut adalah pemuja Tuhan dalam wujud feminim sebagai ibu.
Patanjali diyakini sebagai benih penuh berkah. Banyak versi tentang kelahirannya. Salah satu yang terasa lebih realistis adalah bahwa ia dilahirkan oleh seorang perempuan bernama Sati. Dan nama ayahnya adalah Anggira, salah seorang diantara makhluk-makhluk awal ciptaan sang pencipta atau Brahma yang kedudukannya telah diduduki oleh Adisesa.
Di wilayah sekitar perbukitan Meru sangat subur. Namun di tengah kesuburan itu, patanjali merasakan kekosongan. Apalagi ketika ia bertemu dengan seorang gadis yang konon tinggal di rongga pohon yang lebat penuh buah. Artinya kendatipun terlahir dalam keluarga kaya raya, Ia tetap merasa hampa. Nama Gadis itu tercatat dalam naskah-naskah kuno sebagai Lolupa. Sutra-sutra penuh makna yang ditemukan oleh Patanjali sesungguhnya merupakan ajarannya dan hadiahnya kepada Lolupa. Patanjali memulai sutranya dengan pentingnya Yoga atau disiplin dalam hidup. Harta, kedudukan, dan kekuasaan, Semuanya itu tidak mampu mengantarkan kitab pada alam Kebahagiaan sejati. Alam itu adalah habitat jiwa, alam kita yang sesungguhnya. Dan hanya dapat dicapai dengan cara meniti jalan ke dalam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar