Dalam salah satu cerita legendaris dari kitab Siwa Purana, terungkap kisah yang penuh dengan emosi, konflik, dan akhirnya sebuah keajaiban yang mengubah takdir seorang anak. Kisah ini bermula dengan Dewi Parwati, istri dari Dewa Siwa, yang suatu ketika ingin mandi di kediamannya. Namun, ia merasa tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk oleh suaminya. Maka, dengan kemampuannya yang luar biasa, Dewi Parwati menciptakan seorang anak laki-laki dari kotoran tubuhnya yang digunakan untuk membersihkan diri. Anak ini diciptakan dengan tujuan untuk menjaga kedamaian rumahnya, dan Parwati memberi perintah yang tegas: "Jangan biarkan siapapun masuk, hanya aku yang boleh memberikan perintah."
Sang anak yang diberi tugas itu, meskipun masih kecil, menunaikan perintah ibunya dengan penuh kesungguhan. Ia menjaga rumah dengan ketat, siapapun yang hendak masuk akan dihalanginya. Tidak ada yang bisa melawan ketegasannya, bahkan untuk orang yang datang dengan niat baik. Sang anak begitu patuh pada perintah ibunya, bahkan tanpa tahu betul siapa saja yang datang.
Suatu hari, Dewa Siwa, suami Dewi Parwati, datang untuk menemui istrinya di rumah mereka. Namun, ia mendapati dirinya dihalangi oleh seorang anak kecil yang menjaga pintu rumahnya. Dewa Siwa, yang merupakan sang penguasa alam semesta, tentu saja tidak ingin ada hambatan untuk masuk ke rumahnya sendiri. Ia mencoba menjelaskan kepada anak tersebut bahwa dirinya adalah suami dari Dewi Parwati dan bahwa rumah itu juga miliknya. Namun, sang anak yang penuh kesetiaan pada perintah ibunya menolak untuk membiarkan Dewa Siwa masuk.
"Saya hanya bisa mengikuti perintah ibu saya. Anda tidak boleh masuk, karena saya hanya boleh melaksanakan perintah ibu saya," jawab sang anak dengan tegas. Dewa Siwa merasa heran dan semakin marah. Bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa menantang perintahnya yang datang dari sang suami Dewi Parwati? Siwa semakin kesal dan mencoba meyakinkan sang anak, namun upayanya sia-sia. Sang anak tetap pada pendiriannya untuk tidak mendengarkan siapapun selain ibunya.
Konflik yang semakin memanas ini akhirnya memunculkan pertarungan sengit antara Dewa Siwa dan anaknya. Dewa Siwa, yang dikenal sebagai dewa dengan kekuatan luar biasa, berusaha membujuk anaknya untuk mengalah, namun sang anak tetap tidak bergeming. Terlalu kuatnya tekad anak kecil tersebut untuk menjalankan perintah ibunya membuat Dewa Siwa kehabisan kesabaran. Dalam kemarahannya, Dewa Siwa akhirnya menggunakan trisula sakti miliknya untuk mengakhiri pertarungan itu, dengan memenggal kepala sang anak.
Setelah pertarungan yang mengerikan itu, Dewi Parwati keluar dari kamar mandi dan terkejut mendapati anak yang baru saja ia ciptakan sudah terbaring tak bernyawa. Ketika ia mengetahui bahwa suaminya, Dewa Siwa, yang telah membunuh anak mereka, hatinya hancur. Dengan penuh kemarahan, Dewi Parwati menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Ia marah bukan hanya karena anaknya dibunuh, tetapi juga karena keegoisan suaminya yang tidak mengerti dan menghargai perintah yang sudah ia berikan.
Dewa Siwa yang menyadari perbuatannya dan merasa sangat bersalah akhirnya bersumpah untuk menghidupkan kembali anaknya. Namun, ia tahu bahwa untuk mewujudkan permohonan istrinya, ia harus mematuhi nasihat para dewa. Maka, Dewa Siwa memutuskan untuk berkonsultasi dengan Brahma, sang pencipta, yang memberi saran agar ia mengutus para gananya—makhluk-makhluk yang setia kepada Dewa Siwa—untuk mencari kepala makhluk hidup yang dapat menggantikan kepala anaknya.
Atas perintah tersebut, para gananya segera turun ke dunia dan mulai mencari kepala makhluk hidup yang pertama kali menghadap ke arah utara. Setelah berkeliling, mereka akhirnya menemukan seekor gajah yang sedang menghadap ke utara. Tanpa ragu, para gananya memenggal kepala gajah tersebut dan membawa kepala itu kembali kepada Dewa Siwa. Dengan kepala gajah yang baru itu, Dewa Siwa menghidupkan kembali anaknya. Anak itu kini bangkit kembali dengan kepala gajah yang khas, dan sejak itu ia dikenal sebagai Ganesha, sang dewa dengan kepala gajah.
Setelah kejadian tersebut, Dewa Ganesha mendapatkan gelar baru sebagai Dewa Keselamatan, karena ia dipercaya dapat menghalangi segala rintangan dan memberikan kedamaian serta keberuntungan bagi umat manusia. Dewa Ganesha kemudian menjadi salah satu dewa yang sangat dihormati dalam agama Hindu, dan ia dipercaya dapat membantu umatnya dalam menghadapi kesulitan hidup.
Kisah tragis dan ajaib ini mengajarkan banyak hal, antara lain pentingnya kesetiaan pada perintah yang diberikan oleh orang tua dan pengampunan yang dapat mengubah takdir. Selain itu, kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya memahami bahwa di balik setiap peristiwa, ada kebijaksanaan yang dapat membawa perubahan besar, bahkan jika itu berarti menghadapi rintangan yang sangat berat.