Mentari sore menyinari medan pertempuran yang berdebu. Di satu sisi, pasukan kera yang gagah perkasa, dipimpin oleh Druwida, panglima perang yang terkenal akan keberanian dan kecerdasannya. Di sisi lain, pasukan raksasa yang mengerikan, dipimpin oleh Asana Praba, seorang raksasa yang terkenal kejam dan sakti. Udara dipenuhi dengan teriakan perang dan dentuman senjata.
Druwida, dengan tubuhnya yang kekar dan gagah, memimpin pasukannya dengan penuh semangat. Ia memerintahkan pasukannya untuk membentuk formasi perang yang cerdas, memanfaatkan kecepatan dan kelincahan mereka sebagai senjata utama. Para kera, dengan berbagai ukuran dan kemampuan, bertempur dengan gigih. Yang kecil dan lincah menyusup ke barisan raksasa, menyerang dari berbagai arah. Yang besar dan kuat beradu kekuatan dengan raksasa-raksasa yang lebih besar.
Asana Praba, dengan tubuhnya yang besar dan bersenjatakan gada mengamuk tak terkendali. Ia menghancurkan apa saja yang menghalanginya, menebas kera-kera dengan gada yang mematikan. Namun, pasukan kera tidak gentar. Mereka bertempur dengan penuh keberanian, mengorbankan diri demi kemenangan.
Druwida, melihat Asana Praba terlalu fokus pada kekuatan fisiknya, menyusun strategi baru. Ia memerintahkan pasukannya untuk membentuk formasi lingkaran, mengepung Asana Praba. Pasukan kera dengan lincahnya terus menyerang dari berbagai arah, melemahkan Asana Praba sedikit demi sedikit. Kera-kera yang lebih besar menahan serangan balasan Asana Praba, melindungi kera-kera yang lebih kecil.
Kelelahan dan luka-luka mulai terlihat pada tubuh Asana Praba. Serangan-serangan terus-menerus dari pasukan kera telah menguras tenaganya. Druwida, melihat kesempatan, melompat ke depan dan melancarkan serangan pamungkas. Dengan satu pukulan telak, Druwida berhasil menjatuhkan Asana Praba. Raksasa itu jatuh tersungkur, tak berdaya.
Kematian Asana Praba membuat pasukan raksasa kehilangan semangat juang. Mereka berhamburan lari, meninggalkan medan perang yang berlumuran darah. Kemenangan berada di tangan Druwida dan pasukan kera. Suara sorak-sorai menggema di seluruh medan pertempuran, merayakan kemenangan yang gemilang. Kemenangan ini membawa pasukan Rama lebih dekat kepada tujuan akhir mereka: membebaskan Dewi Sinta dari cengkeraman Rahwana.